Writing is the best way to talk without being interrupted (Jules Renard)

Writing is the best way to talk without being interrupted (Jules Renard)
Bienvenue sur mon site

Kamis, 30 April 2015

SECUIL KARYA FOTOGRAFIKU (LANDSCAPE)

Hobi fotografi muncul saat beberapa kali aku maen atau sekedar ikut temenku hunting. Sejak saat itu, aku mulai mencoba belajar teknik pengambilan gambar, dari angle, komposisi serta pemfokusan objek. Mulai belajar dari yang sangat dasar. Sampai saat ini aku memang belum punya kamera pro. Namun untuk menyalurkan hobi tidak perlu menunggu aku punya kamera pro. Aku mengambil biasanya mengambil gambar dengan kamera hp, kamera poket, pernah juga pake kamera SLR (meski pinjem.ehehe). Di sini aku pengen share beberapa jepretanku. Jauh dari karya fotografer pro pastinya. Tapi seorang fotografer pro pun dia pernah melalui tahap ini, tahap belajar. Doakan ya semoga suatu hari punya senjata baru buat motret :P . Kritik dan saran are very welcome :)


Sisi kanan kanal berbentuk seperti tenda-tenda putih adalah gedung pertunjukan di Baltimore
 
 

National Aquarium Baltimore
 
 

Dua sejoli yang sedang menikmati akhir pecan di kawasan Inner Harbor
 
 

Beautiful sunset in Inner Harbor
 
 

Patterson Park Baltimore
 
 

Gowes-gowes di musim panas
 
 
 
Inner Harbor Baltimore Maryland, United States
 
 
 
Beautiful view from Federal Hill Baltimore
 
 
Saat kemalaman pulang sekolah, foto ini diambil ketika menunggu bus
 
 
 
Hard Rock Café Baltimore
 
 
 

Rabu, 29 April 2015

TUMPENG, NASI CANTIK KAYA AKAN RASA DAN MAKNA


(sumber : www.google.com)
 


Mendengar kata “Tumpeng” tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tumpeng merupakan sajian nasi beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucut. Olahan nasi biasanya berupa nasi kuning, meskipun ada juga yang menggunakan nasi putih biasa atau nasi uduk. Cara penyajian nasi seperti ini merupakan khas Jawa atau masyarakat betawi keturunan Jawa. Tumpeng biasa disajikan saat kenduri atau perayaan peristiwa-peristiwa penting. Tumpeng biasanya disajikan di atas tampah (wadah bundar besar dari anyaman bambu) dan diberi alas daun pisang. Masyarakat Jawa, Bali, dan Madura memiliki tradisi ntuk merayakan peristiwa-peristiwa penting seperti selamatan pernikahan,kehamilan, kelahiran bayi, dan tasyakuran (berterima kasih kepada Tuhan). Hampir semua masyarakat Indonesia di lingkungan pedesaan  maupun di perkotaan mengenal sajian nasi tumpeng ini. Tumpeng ini kaya akan sarat dan makna. Ada filosofi dari bentuk nasi ini. Hal ini berkaitan erat dengan letak geografis Indonesia, terutama pulau Jawa yang terdapat jajaran gunung berapi. Pada jaman dahulu, ketika agama Hindu masuk ke Indonesia, ada banyak orang yang menganut dan memeluk agama Hindu. Penganut agama Hindu memiliki tradisi memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para Hyang atau arwah leluhur. Nasi yang berbentuk kerucut ini dimaksudkan untuk membuat representasi dari gunung Mahameru, gunung suci di mana para dewa-dewi bersemayam.

Keberadaan tumpeng sudah ada sejak lama, sebelum Islam masuk ke pulau Jawa. Namun terjadi akulturasi budaya pada perkembangannya dan berkaitan dengan filosofi Jawa. Hal ini diyakini sebagai pesan leluhur untuk memohon kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Sebagai contoh dalam tradisi masyarakat Islam di Jawa saat mengadakan selamatan atau tasyakuran, mereka menggelar pengajian Al-qur’an sebelum penyajian tumpeng. Menurut tradisi Islam Jawa, “Tumpeng” merupakan akronim dalam bahasa Jawa : ”yen metu kudu sing mempeng” (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). Ada satu nama makanan lagi yaitu “Buceng” yang terbuat dari beras ketan, akronim dari “yen mlebu kudu sing kenceng” (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh). Sedangkan lauk pauk-pauknya ada 7 macam, angka 7 dalam bahasa Jawa adalah pitu, yang berarti pitulungan (pertolongan). Tiga kalimat akronim tersebut berasal dari sebuah doa dalam surah Al Isra’ ayat 80 yang artinya “Ya Tuhan, masukkanlah aku dengan sebenar-benarnya masuk dan keluarkanlah aku dengan sebenar-benarnya keluar serta jadikanlah dariMu kekuasan bagiku yang memberikan pertolongan”. Maka dari itu, ketika seseorang menggelar hajatan dengan tumpeng untuk acara selamatan maksutnya yaitu perlindungan dari Tuhan dan mendapatkan kemulian dalam hidup, dengan berdoa dan berusaha secara sungguh-sungguh.

Dalam masyarakat yang masih memiliki tradisi menggelar kenduri tradisional, tumpeng menjadi salah satu bagian yang penting dalam acara tersebut. Perayaan kenduri sering kali untuk acara selamatan dan syukuran, memohon keselamatan dan berterima kasih kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas rejeki atau hasil panen yang melimpah serta keberkahan yang lain. Maka dari itu, saat ini tumpeng juga sering disajikan dalam rangka merayakan ulang tahun. Hal ini sebagai rasa syukur karena masih diberikan umur, memohon keberkahan umur, dan keberkahan dalam hidup. Seiring dengan perkembangan zaman, nasi tumpeng sudah tampil lebih beragam dengan banyak kreasi. Salah satu contoh adalah nasi tumpeng untuk perayaan pesta anak-anak, masih tetap mempertahankan bentuk lancip kerucut namun sedikit dipermak dengan di hiasi boneka Barbie di bagian tengahnya. Bentuk gunungannya dibuat ada lekukan-lekungan di sisi luar sehingga bentuknya lebih menarik dan cantik, juga dengan garnis yang diletakkan bersama lauk-pauknya.

Lauk-pauk yang menyertai tumpeng beraneka ragam. Sebenarnya tidak ada lauk-pauk baku yang disajikan dengan nasi tumpeng di atas tampah. Akan tetapi, beberapa lauk-pauknya yang biasanya menyertai tumpeng adalah telur dadar, ikan asin, perkedel, abon, kedelai goreng, timun, dan daun seledri. Namun untuk lebih bervariasi, bisa menyertakan tempe kering, srundeng, urap kacang panjang, ikan asin, dan lele goreng. Dalam pemilihan lauk-pauk tersebut mempunyai pengartian makna tradisional tumpeng. Lauk-pauk yang dianjurkan terdiri dari hewan darat(ayam atau sapi), hewan laut (rempeyek teri, ikan bandeng, ikan lele) dan sayur mayur (kankung, bayam atau kacang panjang). Setiap lauk-pauk tersebut mempunyai pengertian tersendiri dalam budaya Jawa dan Bali.

            Lomba membuat dan merias tumpengpun  sudah semakin marak saat ini. Misalnya saja dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia, para ibu dengan sangat antusias berkelompok membuat tumpeng dan meriasnya dengan kreasi masing-masing. Contoh lain juga dalam ujian praktek di sekolah, berkreasi membuat tumpeng salah satu materi yang diujikan. Ketrampilan membuat tumpeng mengandung banyak aspek mulai kreatifitas penampilan, ketelatenan, kerjasama (karena biasanya akan dikerjakan oleh lebih dari satu orang), dan rasa juga harus sangat diperhatikan. Karena penampilan cantik saja tidak cukup, tumpeng harus mempunyai rasa yang pas dan lezat mengingat biasanya makanan ini disajikan untuk orang banyak.

Nah, itu tadi ulasan tentang sejarah asal-usul, filosofi, dan fungsi sajian tumpeng serta beberapa aktifitas yang digelar dengan melibatkan sajian nasi tumpeng. Lestarikan dan hidupkan kuliner Indonesia!

Salam

Rabu, 08 April 2015

PARIS, THE PLACE I DREAMED OFF!

                                              

Paris, 24 September 2014
Masih seperti mimpi!
Ketika pesawat mendarat  di bandara Charles de Gaulle Paris hatikupun berdebar, terharu dan tidak henti-hentinya mengucap rasa syukur dalam hati. Satu persatu mimpi-mimpiku terwujud, doaku terkabul. Lalu nikmat apalagi yang engkau dustakan? Rasanya tak ada lagi alasan untuk tidak mensyukuri semua ini.

Tak bisa dipungkiri memang, mataku sempat berkaca-kaca ketika pesawat take off dari bandara Adi Sutjipto Yogyakarta.  Hari itu hari yang membahagiakan juga sekaligus menyedihkan. Menyenangkan karena akhirnya mimpiku pergi ke Prancis terealisasi dan menyedihkan karena lagi lagi aku harus jauh dari keluarga, teman, dan orang-orang tersayang. It’s always hard to say good bye! Dan akupun memang tak mengatakan kata perpisahan. Satu persatu ku peluk untuk meminta doa restu seriring dengan doa semoga kami bisa dipertemukan lagi tahun depan dengan keadaan yang lebih membahagiakan. Tak luput kusalami tangan-tangan mungil yang ikut mengantarkanku ke bandara siang itu. Tangan mungil yang suka iseng kadang menjengkelkan karena mereka sering sekali ribut karena berebut sesuatu dengan yang lain. Ah! Tapi aku sudah merindukan kalian hai si pemilik tangan mungil. Ya! Mereka keponakan-keponakanku.
Siang itu, 23 September 2014 aku terbang ke Perancis bersama seorang kawan satu kampus dulu di UNY. Mba’ Aceng! Begitulah aku memanggilnya. Awalnya kami berancana membooking tiket pesawat bersama, dengan tujuan agar kami bisa menikmati perjalanan panjang nan melelahkan itu berdua. Namun apa daya, harapan tak sesuai dengan kenyataan. Host family dia sudah membelikan tiket dan singkat cerita dia mendapatkan tiket dengan tempat transit yang berbeda. Well, we can do nothing. Tapi meskipun demikian, kami satu pesawat ketika terbang ke Jakarta.
Perjalanan yang sangat melelahkan. 8 jam terkungkung di dalam pesawat (Jakarta-Abu Dhabi) dan 7 jam lagi (Abu Dhabi-Paris). Tapi kelelahan berangsur-angsur sirna ketika aku menginjakkan kaki di kota Napoleon itu. Melihat tata kota yang indah dari dalam bus Air France dari bandara. Pagi itu aku harus naik bus dari bandara menuju rumah seorang teman di Paris. Dia kakak angkatan di kampus yang saat ini bekerja di kedutaan Indonesia di Paris (keren yah!). Karena hari itu dia sedang bekerja, aku dijemput roomatenya di halte bus di mana bus yang aku tumpangi berhenti. Yes! Akhirnya aku bertemu mas Lutfi di halte. Ingin rasanya buru-buru sampai rumah. Badan yang lengket dan capek membuat aku tak menghiraukan lagi beratnya isi koper yang hampir 30 kg. Naik turun tangga di stasiun metro dengan mengangkat beban seberat itu membuat pundakku mau roboh.Ah sebentar lagi sampai.pikirku! dan sampai juga setelah beberapa menit. Akupun langsung memberi kabar orang rumah. Ketika koneksi internet nyala, bbm, sms, wasap,semuanya berebut minta dibaca. Setelah itu akupun mandi dan waktunya tidur siang…….
Besok petualangan akan dimulai. Berbekal city map dan petunjuk transportasi yang diberikan mas Ari aku akan menjelajah kota ini. “Menjelajah” kota impian. Paris, The city of the Light!!! J
 
 
 

Au Pair in America

 
   "Au Pair Gathering" in New York City 

 
Hi everyone!

My name is Niha. I would love to share my au pair experience in the U.S. I have many great memories and stories of my year. In April 2013, I travelled from Indonesia to the U.S. That was my very first time going abroad. I felt a little bit nervous about traveling on my own and living far from home. I was sad to leave my country, my family, and my friends, but, on the other hand, I was very happy to have this opportunity. I didn’t even have a dream to come to the U.S. One day, I received an email from a host family in America, who told me that they needed an au pair. Well, finally, I came to the U.S. The adventure began.

 
I arrived in Florida and met the CEO of Expert Au Pair, the staff, the trainers, and three other girls. The three girls were from China, the Philippines, and Vietnam. I was so happy to meet them. We had a great time there during au pair training. After training, we were ready to join our host family. We would be living in different cities. Two girls would live in Chicago, one in New Jersey, and I would live in Baltimore. I experienced an unforgettable story, which was so silly. But it really happened to me! I was supposed to take a plane to Baltimore, but I took the wrong plane that was going to Louisville. I went to the wrong gate! I didn’t even know how it could have happened. It was just so silly!

 
Well, in the beginning everything was difficult. I didn’t speak English very well; I didn’t have many friends, and it made me feel homesick. In my first four months in the U.S., I was not happy, but I had to be responsible for my decision to be an au pair. It was not easy living together with the family in a different culture. We had to really understand and respect each other. But, my host family and I always discussed problems together. The family respected my schedule. If there was something that I should improve in taking care of the kids, they told me. So, I really knew what I had to do with the kids. I was thankful for my host family’s guidance.During my stay, I loved doing crafts, playing, doing learning time, painting, and many other interesting activities with the kids. I became close to the kids, getting to know what they needed, and learned to handle them in many conditions. I travelled with my host family a few times: to Chicago, Florida, and Philadelphia. We had a good relationship even though we had a few little problems sometimes. But we always tried to solve the problems together. Even now, we still keep in touch, and I can see the kids grow up. They are getting big now.

In my free time, I used to go out (shopping, sightseeing, library, or go to the bookstore), or just go for a walk to the harbor, and meet some friends. I love to meet new people and and talk to them.

In the family, I also learned how to make some American dishes. In the beginning, I didn’t like cheesy food, which is very common in the U.S. But by the time I was getting ready to return home to Indonesia, I was getting used to the American food. Now I love it! American food and Indonesian food are really different, so I learned a lot.

I really loved school. I took English and French courses at the community college. I enjoyed the experience so much, and I had nice friends in the class from many different countries. It was the best time to talk about our cultures, foods, education, and many other things. Not only that, but I also had two wonderful English teachers (one German and one American). I often told them that my English is not good. But they always encouraged me, and I kept trying to improve my English. I also had dinner with my German teacher and her family a few times. We went to a performance of classical music as well, which we enjoyed.  We always discussed interesting things. They loved to ask about my country, my family, my school, and Indonesian food. When I moved to the suburb, the problem began. The school was now far from the house. I had to take two different buses and a train to get there. It was a little bit complicated and scary because I would be very late arriving home. My class was in the evening and finished at 9:30 PM. After that I had to catch a bus, a train, and one more bus to get home. But since my American teacher knew that, she always picked me up and took me back home. I cannot describe how thankful I am to these two wonderful teachers. Before I left the U.S we had a farewell party.  My teachers gave me gifts, and we ate together in the class with the other students. They each wrote me something in a card, and I was moved to tears. What an impressive moment!

Well, here is my little story. My au pair experience totally changed my life. I am more independent, know how to handle the kids in many conditions, and, of course, learned about a new culture. Also, I have really improved my English language skills. I had opportunities to see some states and made friends from all around the world. I could open my mind and my heart to have a new perspective of the world. Thank you so much for Expert Au Pair, my host family, my teachers, and my friends for being a part of my journey in the U.S.