Paris,
24 September 2014
Masih
seperti mimpi!
Ketika
pesawat mendarat di bandara Charles de Gaulle Paris hatikupun berdebar, terharu
dan tidak henti-hentinya mengucap rasa syukur dalam hati. Satu persatu
mimpi-mimpiku terwujud, doaku terkabul. Lalu nikmat apalagi yang engkau
dustakan? Rasanya tak ada lagi alasan untuk tidak mensyukuri semua ini.
Tak bisa dipungkiri memang,
mataku sempat berkaca-kaca ketika pesawat take
off dari bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. Hari itu hari yang membahagiakan juga
sekaligus menyedihkan. Menyenangkan karena akhirnya mimpiku pergi ke Prancis
terealisasi dan menyedihkan karena lagi lagi aku harus jauh dari keluarga,
teman, dan orang-orang tersayang. It’s
always hard to say good bye! Dan akupun memang tak mengatakan kata
perpisahan. Satu persatu ku peluk untuk meminta doa restu seriring dengan doa
semoga kami bisa dipertemukan lagi tahun depan dengan keadaan yang lebih
membahagiakan. Tak luput kusalami tangan-tangan mungil yang ikut mengantarkanku
ke bandara siang itu. Tangan mungil yang suka iseng kadang menjengkelkan karena
mereka sering sekali ribut karena berebut sesuatu dengan yang lain. Ah! Tapi
aku sudah merindukan kalian hai si pemilik tangan mungil. Ya! Mereka
keponakan-keponakanku.
Siang itu, 23 September 2014 aku
terbang ke Perancis bersama seorang kawan satu kampus dulu di UNY. Mba’ Aceng!
Begitulah aku memanggilnya. Awalnya kami berancana membooking tiket pesawat bersama, dengan tujuan agar kami bisa
menikmati perjalanan panjang nan melelahkan itu berdua. Namun apa daya, harapan
tak sesuai dengan kenyataan. Host family dia sudah membelikan tiket dan singkat
cerita dia mendapatkan tiket dengan tempat transit yang berbeda. Well, we can
do nothing. Tapi meskipun demikian, kami satu pesawat ketika terbang ke
Jakarta.
Perjalanan yang sangat
melelahkan. 8 jam terkungkung di dalam pesawat (Jakarta-Abu Dhabi) dan 7 jam
lagi (Abu Dhabi-Paris). Tapi kelelahan berangsur-angsur sirna ketika aku
menginjakkan kaki di kota Napoleon itu. Melihat tata kota yang indah dari dalam
bus Air France dari bandara. Pagi itu aku harus naik bus dari bandara menuju
rumah seorang teman di Paris. Dia kakak angkatan di kampus yang saat ini
bekerja di kedutaan Indonesia di Paris (keren yah!). Karena hari itu dia sedang
bekerja, aku dijemput roomatenya di halte bus di mana bus yang aku tumpangi
berhenti. Yes! Akhirnya aku bertemu mas Lutfi di halte. Ingin rasanya buru-buru
sampai rumah. Badan yang lengket dan capek membuat aku tak menghiraukan lagi
beratnya isi koper yang hampir 30 kg. Naik turun tangga di stasiun metro dengan
mengangkat beban seberat itu membuat pundakku mau roboh.Ah sebentar lagi
sampai.pikirku! dan sampai juga setelah beberapa menit. Akupun langsung memberi
kabar orang rumah. Ketika koneksi internet nyala, bbm, sms, wasap,semuanya berebut
minta dibaca. Setelah itu akupun mandi dan waktunya tidur siang…….
Besok petualangan akan dimulai.
Berbekal city map dan petunjuk transportasi yang diberikan mas Ari aku akan
menjelajah kota ini. “Menjelajah” kota impian. Paris, The city of the Light!!! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar