Writing is the best way to talk without being interrupted (Jules Renard)

Writing is the best way to talk without being interrupted (Jules Renard)
Bienvenue sur mon site

Selasa, 19 Maret 2019






Kutemukan Cintaku di Swiss


Tanganku mengucek-ucek mataku yang setengah tertutup dan masih enggan keluar dari balutan selimut yang cukup tebal. Hawa di luar masih sangat dingin pertanda bahwa musim dingin belum berakhir. Ritual setiap pagi sebelum melempar selimut dan pergi ke toilet, aku selalu menengok ponsel. Sekedar melihat jam. Tapi lebih parahnya kalau sudah kelantur-lantur jadi online, semua aplikasi jejaring sosial dibuka, mengecek-ngecek meski tidak ada pesan masuk atau tanya kabar dan sekedar mengucapkan selamat pagi. Maklumlah hidup di zona waktu yang berbeda. Aku baru bangun tidur, kalian sudah kelar dari tempa tkerja atau masih ada yang sibuk kerja. Okey, intinya pagi itu, moment special buat aku. Hari Sabtu tanggal 14 Februari.Valentine’s day?  Oh bukan…bukan karena itu. Melainkan hari ini adalah hari pertamaku dapat jatah libur sejak aku menjadi au pair di tanah Napoleon ini.

Satu bulan sebelum berpelesir ke tempat yang sudah kutulis dalam agendaku, aku sudah melakukan reservasi hostel dan mencari tiket bus juga kereta. Aku mencari semua alternatif transportasi di mesin pencarian. pesawat, kereta api, dan bus. Aku bandingkan harga serta fasilitas yang ada. Dan taraaaa….rejeki anak sholekhah! Aku mendapatkan promo tiket bus ke Barcelona Spanyol hanya dengan 38€ untuk pulang pergi.  Padahal harga normal biasanya sekitar 38€-45€ hanya untuk satu jalan. Jadi beruntung sekali aku mendapat potongan 50%nya. Kenapa bisa begitu? Ya, karena sebisa mungkin aku cari yang seekonomis mungkin jadi aku rajin mengecek di internet. Dan untuk pergi ke Jenewa, Swiss aku memilih berkereta karena lebih simple saja, ada yang jemput di stasiun Jenewa. Awalnya aku mengira bahwa tiket kereta dari Roanne, Perancis ke Jenewa berkisar 40-45an €. Benar saja, tapi lagi-lagi rejeki anak sholikhah! He he. Sebelumnya aku telah membeli la carte de jeune seharga 20€ yang berlaku selama satu tahun. La carte de jeune adalah kartu reduksi yang diperuntukkan untuk mbak dan mas yang berumur 18-26 tahun. Untungnya aku masih di bawah 26 tahun (masih muda lah ya, baru 25 tahun.lol) jadi aku bisa mendapatkan kartu itu. Untuk pergi ke Jenewa aku hanya membayar setengah dari harga normalnya. Aku senang sekali, seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan Ibunya. Yeeey! Les vacances!!!

Pada hari Sabtu, 14 Februari aku berkereta menuju Jenewa. Sampai Jenewa malam hari sekitar jam setengah 9. Maklum tiket yang paling murah hanya ada pada jadwal itu. Waktu tempuhnya hanya 3 jam. Akan tetapi jadwal keretaku (yang paling murah) mengharuskan aku menunggu kereta yang dari Lyon ke Jenewa selama 2 jam. Aku pikir tak apalah aku bisa sambil muter-muter di mall dekat stasiun meski harus bawa seperangkat barang-barang a la backpacker. Memang agak sedikit kerepotan sebagaimana barang yang aku bawa adalah persiapan travelingku selama satu minggu. Jadi bisa dibayangkan seberapa banyak bondotan yang aku bawa. Lebih-lebih lagi perempuan, barang-barangnya berasa kayak mau pindahan.

Sebentar-sebentar aku melongok arlojiku. Kan ggak lucu kalau aku harus ketinggalan kereta gegara muter-muter di mall. Yap, okedeh…setengah jam sebelum kereta berangkat, aku kembali ke stasiun. Mainan hape dan online! Hape adalah satu-satunya teman di saat aku sendirian. Gak gaul amat ya ( sekali-kali kek buku yang jadi temen. Ahahahaha….).

Waktu aku utak-utik hape, ada mbak-mbak pakai jilbab bermuka Asia, tepatya bermuka Indonesia. Langsung aja mbaknya nyamperin aku dan bertanya “dari Indonesia ya?” aku jawab dengan anggukan dan senyum seraya bilang “la mbaknya dari mana?” haha… saking bingungnya. Padahal jelas-jelas mbaknya dari Indonesia. Lawong berbahasa Indonesia gitu kok. Aku nyengir dan menertawakan diri sendiri dalam hati.Yah singkat cerita kami ngobrol dan bertukar alamat Fb dan sempat mengabadikan foto selfie kita berdua. Dia sedang menempuh kuliah S3 di Dijon. Waw, keren! Bisikku dalam hati. (kapan aku bisa seperi dia? Hemmm….)

"Mohon perhatian, kereta menuju Jenewa akan segera berangkat" . Buru-buru aku bangkit dari tempat dudukku dan berpamitan dengan mbak dari Dijon. Masuklah aku ke gerbong. Yeeey…. Sebentar lagi aku akan menginjakkan kaki di Swiss.

Sekitar jam 9 malam keretaku tiba di Swiss. Aku dijemput Pak Benoit, beliau adalah muridku waktu di Jogja. Beliau belajar bahasa Indonesia di sekolah bahasa di mana aku bekerja. Ah, ggak nyangka bisa ketemu lagi ya pak. Sampai di rumahnya… aku bertemu cintaku, mau tahu cintaku itu apa?. Oh, ternyata istri pak Benoit yang asli orang Cilacap sudah menyiapkan tempe kemul anget. Baru kali ini ngrasain tempe bak makanan istimewa. Ini bukan lebay ya, kita benar2 akan merasakan betapa istimewanya tahu dan tempe ketika kita tinggal di tempat yang tidak ada makanan tersebut. Oh serunya jadi salah satu jama’ah rantauwiyah.




Tempe kemul, keripik tempe, onde-onde... Oh my! this is heaven!




Bayangin dong ya, di Swiss dijamu kayak gini gimana ga feels like home.Terharus banget gak si?





Bersambung ya guys, semoga gak males2an ngeblog lagi hehe

InsyaAllah akan cerita jalan ke mana aja, sama siapa aja terus hal apa yang gak bisa dilupain sampe sekarang? geli2 sedih, pingin ngakak kalau inget deh haha. Tunggu postingan selanjutnya yaaa... See you in a bit!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar